Terkadang aku ingin membuat perumpamaan
yang sulit untuk dipahami. Di tengah hegemoni sekitar aku ingin menyendiri dan
asik sendiri. Menjadi berbeda, sebagai sinikel, korelis, atau introvert.
Aku ingin tau rasanya.....
Aku ingin tau rasanya.....
Sesekali aku mau hidup tanpa banyak bicara,
tapi cerewet bermonolog sendiri dengan Tuhan. Paham batas-batas harapan dan
dunia nyata, me-realistiskan diri. Tidak banyak mengeluh, menyerahkan semua
alur hidup kepada hidup, bukan membuat segalanya pernah terpikirkan--selalu memperhitungkan kemungkinan kemudian memilah-milah mana yang mungkin
dan paling menyenangkan-- yang pada akhirnya luka karena terlalu banyak berekspektasi. Aku hanya ingin
tau rasanya……
Suatu hari aku tidak ingin melulu mencintai
ilusi, aku ingin berhenti menjadi pemuja bayangan. Cukuplah tahun-tahunku yang
dulu teracuni sakit karena mengharapkan, karena menyimpan. Aku ingin tau
rasanya tidak mencintai siapa-siapa kecuali ‘rumah-rumah’ku . Aku hanya
penasaran rasanya…….
Apakah akan damai? Apakah akan
menyenangkan?
Now the sky…could be blue? Could be grey? I dont
mind. Without you is a waste of time.....
Tapi mungkin rasanya tidak seperti yang aku
bayangkan… Mungkin hidup selalu punya cara untuk melukai. Mungkin hidup
membuatmu lelah dan jenuh. Tapi hidup tak akan pernah lupa membahagiakan.
Jadi selamat menemukan kebahagiaan!
Jakarta 24 Maret 2015. 21.52.

0 komentar:
Posting Komentar