Hari ini hari ke enam.
Aku sekarang benar hidup sendiri.
Aku coba untuk bahagia ya?
Kamu juga kan? Tapi tolong jangan cepat-cepat menunjukkannya. Tentang sumber bahagiamu yang lain. -M, Juli 2019 tanggal 26
Pukul 19.11
Aku sudah masuk dunia orang dewasa sekarang, tapi belum menjadi. Merasakan kerja dari Senin sampai Jumat dari pukul 08.00 hingga 17.00. Menerima gaji dan kebingungan sendiri waktu mengaturnya. Mengeluh waktu capek, mengeluh waktu gabut ga ada kerjaan. Bertemu dengan teman sesekali di hari libur.
Semua itu patut dan wajib dan fardu ain untuk disyukuri.
Dan sekarang adalah hari sabtu.
Dan aku menulis.
Apa itu artinya? Itu artinya aku super duper sedang tidak mengerjakan sesuatu, sedang lapar tapi malas keluar mencari makan, sedang tidak ada cucian, juga sedang kesepian.
Hari sabtu yang kutunggu-tunggu tapi ternyata tidak semenyenangkan itu karena alasan yang bermacam-macam.
Aku sekarang sedang goleran di kasur bersama sebutir tahu isi goreng pemberian Mami (seorang ibu di kos). Sedari pagi kegiatanku cuma seputar berinteraksi dengan kasur, boneka, bantal, selimut, hp, laptop, ya begitu-begitu aja. Dan aku muak karenanya.

Aku sering membayangkan aku liburan sendirian ke laut, ke sebuah tempat makan dekat pantai, duduk2 sambil baca buku di lapangan hijau atau taman. Tapi ini Jakarta, dan aku orang yang ragu2.
Terlalu banyak yang aku takutkan keluar dari zona nyaman. Yang sebenarnya aku udah mulai ga nyaman.
Sejujurnya aku sedih karena ga bisa pulang.
Tadi waktu temanku bilang "Kenapa coba ga pernah pulang" aku tiba2 tertohok dan pengen marah. Entah karena hatiku sekarang sedang sempit, atau karena memang kurang liburan, aku jadi sensitif. Di pikiranku aku merasa dia bilang "Kenapa coba ga pernah pulang dasar ga sayang orang tua" :( i hate my self for thingking that way.
But i want to tell you percakapanku dengan ibu di telpon, seringkali seperti ini:
Aku: Ibuk, aku pengen pulang minggu depan
Ibuk: Emangnya ada libur apa?
Aku: Ya cuma sabtu minggu aja buk
Ibuk: Halahh ntar capek naik kereta, di rumah juga ntar cuma tidur
Aku: Yaudah buk
Atau dengan bapak:
Aku: Bapak aku pengen pulang minggu depan
Bapak: Lha cuma sabtu minggu to liburnya..halahhh dibuat jajan aja uangnya gausah pulang opo kalo ga main ke bapak wae ke bogor
Aku: o yaudah bapak
Jadi begitu temanku, entah karena ibu ga begitu kangen sama anaknya yang satu ini atau begimana :'(
Tadi aku seharian sedih sekali liat teman2 yang pada pulang, lalu sorenya ada yang bilang begitu, rasanya kok..... 😭
Tapi Alhamdulillah karena dibilang begitu, percakapan dengan ibuku di telpon tadi jadi berbeda:
Aku: Ibuk, aku pulang ya Minggu depan, pengen pulang
Ibuk: Lha ada libur apa? sabtu minggu aja?
Aku: Iya buk sabtu minggu, pulang ya, aku di kos ga ngapa2in ,temenku pada pulang semua buk
Ibuk: lha ntar cuma dapet capek , sampai rumah tidur kecapekan di perjalanan
Aku: Gapapa buk, ntar aku naik pesawat ke solonya, balik jakarta baru kereta
Ibuk: Lha ama siapa? Ada temennya ga di kereta?
Aku: Sendirian yo gapapa buee
Ibuk: Ntar dari stasiun ke kos malam2 kaya dulu itu..ama siapa ntar?
Aku: Naik gojek gapapa buuu, di jakarta gojek 24 jam
Dan masih banyak lagi pertanyaan ibuku, akhirnya:
Ibuk: yaudah, terserahh
Aku: oke bukk
Alhamdulillah, semoga manusia yang satu ini jadi pulang. Sudah itu saja, aku hanya ingin curhat dan menulis. Selamat weekend!
12 Mei 2017
Gerbong wanita, krl menuju tanah abang
Satu orang wanita paruh baya dengan dua anak kecil- anak laki2 berumur 4 tahun an, dan anak perempuan berumur 5 tahun an- duduk di depan saya.
Saya tidak terlalu memperhatikann dan lebih asyik dengan novel happy little soul atau melihat sekelumit jakarta dibalik kaca kereta.
Baru lima detik saya duduk di krl khusus wanita yang lumayan sepi itu, telinga saya menangkap percakapan perempuan paruh baya itu di telepon, setengah marah, setengah kecewa, tapi saya belum peduli dan memperhatikan.
Tapi setelah itu, saya dengar sekali, bagaimana dua anak disampingnya begitu antusias mengajak ngobrol perempuan paruh baya itu (yang ternyata neneknya). Saya melihat wajah dua anak itu semangat , dan sesekali mereka mencium neneknya tanpa diminta.
Neneekkk, nenekkk! Nanti dhifa kesini lagi ya nekkk???
Neneeekkk dhifa tadi naik mobil yaaa???
Nenekkkk neneekkkkk!!!
Dua anak itu bergantian mengajak ngobrol neneknya, wajah mereka lucu, apalagi yang laki2, gigi depan atasnya gigis semua. Tapi gatau kenapa nenek itu cuma menjawab sekenanya. Agak galak dan acuh. Dalam hati saya, kenapa ya, mungkin neneknya bosan ditanyain terus, manusiawi.
Saya melanjutkan membaca novel happy little soul, sampai di halaman 100, bab melibatkan anak dan jadikan dia merasa penting. Tiba2 saya langsung berhenti membaca, dan mengalihkan pandangan ke depan ketika mendengar adek laki2 itu bilang ke neneknya:
Nenek jangan nangis yaaa, katanya sambil memegang pipi neneknya
Saya melihat mata nenek itu berkaca-kaca dan bilang soalnya nenek kesel, disuruh telpon gamau, ga ngabarin
Saya gatau siapa yg ga telpon nenek itu. Hingga sampai stasiun tanah abang lalu kami turun dari krl, hingga sekarang saya menulis ini, saya (karena kejadian kecil di kereta itu) tiba-tiba memikirkan ibu dan ayah, yang semakin tidak rutin saya telpon, yang seolah2 saya menjadi terbiasa hidup jauh dari mereka. Saya takut menjadi orang dewasa sibuk yang buruk.
Pasti mereka juga sesedih nenek itu, jika merasa saya mulai lupa untuk berkabar pada mereka. Mulai asyik sendiri dengan dunia perantauan yang (kata saya) tujuannya buat mereka bangga.
No Amor Vincit Omnia
''Bukan cinta yang menaklukan segalanya''
Untuk segala sakit hati yang dibiarkan, luka-luka yang ditenggelamkan, air mata yang bersembunyi di balik bola mata... Bersabarlah..Allah selalu baik. Dibukakan pengertian dan pendewasaan itu lewat kekecewaan. Diperlihatkan pemahaman yang baik lewat hati yang sedih karena patah. Kamu tidak sendirian, kamu tidak sendirian, Allah sayang.
Sejak sekolah dasar saya sudah menjadi pendengar cerita cinta teman. Lebih tepatnya kisah cinta yang sedih. Dan semakin kesini, kisah itu bertambah kerumitannya, dengan segala tetek bengeknya, bukan lagi sekedar kisah "dia baik ya, aku suka. Dia sholatnya rajin, trus baik sama cewek-cewek, ga kaya si Botak sukanya bukain rok cewek" saya lupa, wkwkwk mungkin itu kali ya percakapan dulu saat teman SD cerita tentang cinta monyetnya.
Ya..semakin kesini saya merasa 'cinta' itu semakin serakah dan egois. Dari berbagai cerita dan curahan hati teman2 saya pun cerita saya sendiri.
Semakin kita menginjak dewasa, kita seakan merasa ingin sekali dicintai. Ingin diperhatikan, ingin diistimewakan, ingin dipahami, ingin diperlakukan spesial..dll
Sedangkan perasaan manusia itu kompleks. Meskipun kamu mengenal seseorang seumur hidupnya belum tentu kamu mengerti perasaannya.
Begitu kompleksnya hingga, sering membuat kesalahpahaman-kesalahpahaman. Karena apa? Karena kita tidak pernah membicarakan hal-hal yang sebenarnya kita inginkan. Dan fase baper (melankolis) orang beda-beda. Misalkan yang satu sedang di fase melankolis sedangkan yang satu engga, maka yang bisa menangkap makna dan merasai cuma yang melankolis. Dari situ aja bisa timbul salah paham dan sakit hati.
Saya sangat tersentuh ketika membaca sebuah kutipan.. Persis ketika saya merasa butuh pemahaman. Beneran deh kutipan yang biasa banget dan klise.
Katanya, "Cinta itu tidak egois, cinta itu tidak cemburu, cinta itu memaafkan, cinta itu sederhana, cinta itu baik"
Tapi coba pelan-pelan dibaca, mengerti maknanya?
Di luar sekat-sekat aturan Allah yang harus dijaga saat mencintai seseorang sebelum menikah, ternyata indah ya memiliki cinta yang seperti itu? Yang diam-diam mendoakan, yang diam-diam memberi perhatian, yang diam-diam memberi tanpa berharap , yang bahagia kalau lihat dia bahagia, betapa tulus dan jauh dari ego dan nafsu. Eh memang ada ya cinta yang kaya gitu? Bukannya kalo tanda cinta itu ya cemburu, tanda cinta itu sebel kalo si dia bahagia bukan sama kita, sakit hati kalo dia ga bales chat kita *misalnya wkwk.
Ada. Itu level tertinggi dari cinta. Maaf kalo hipotesis abal-abal ini salah, tapi pasti ada titik di hidup mu yang kamu akan menemukan pemahaman itu. Yakin deh.
Dan itu pasti susah banget ya dilakuin diantara segudang godaan dan law of few people. Tapi berusaha dalam hal itu sampe jatuh bangun, adalah hal yang baik. Pelan-pelan. Ga ada perjalanan manusia yang sempurna.
Gatau, inti post ini itu apa entahlahhh. Cuma semoga pemahaman ini pemahaman yang baik. Intinya, kita mah sering lupa ya, yang ngatur semua2nya itu Allah.. Mau gimanapun diusahain sampe nangis tiap malem, sampe galau tiap siang, kalau mah bukan jodoh yaudah dijauhin tuh.. Jatah dikecewakan oleh orang yang sama atas hal yang sama itu kita sendiri yang tentukan. Kalo setelah dikecewakan, kita balik lagi dan ga belajar maka kita akan kecewa lagi. Gitu terus sampe kita menemukan pemahaman yang dibungkus sakit hati itu, dan akhirnya menjauh dari polutan penyakit hati.
Di atas cuma perspektif cinta dari sisi lain, maaf yah kalau awut2an atau ada yang salah.. Agak jijique dan alayque juga sebenarnya plus merasa juga belom bener tapi semoga setidaknya memberi pengertian yang baik (terutama buat diri sendiri), meskipun sekecil upil raisa.
21.04
November ceria 2016
(Setelah baca bukunya Salim A Fillah, dan dengerin ceramahnya ust.Felix)
"Cinta itu tulus dan tidak egois. Cinta itu tidak cemburu. Cinta itu memaafkan. Cinta itu memberi tanpa berharap menerima. Cinta itu sederhana."
Kalimat yang sederhana dan menggelikan dan alay dan iyuh. Tapi seseorang akan tau maknanya yg sangat dalam kalau merasakan patah hati. Sebuah proses untuk itu menyita kebahagiaan, berakhir pada seseorang merasa lebih dewasa, lebih mengerti, dan menerima.
Melihat kebahagiaan mililnya tak lagi akan menyakiti.