Kamis, 20 April 2017

Same sadness (all the time)

Hari ini datang lagi,  Tuhan.  

Saat aku merasa banyak tertawa,  tapi di dalam sini sedih sekali. 

Aku merasa sudah melebur dengan kepura2an sehingga yang terasa hanya paradoks. Kemunafikan.

Aku tidak bisa membedakan,  mungkin banyak dosa yang kulakukan,  sehingga sebahagia apapun 
hati tetap tidak tenang. 

Ketika sumber kebahagiaan bukan lagi Yang Mencipta dan diri sendiri. 

Orang2 meng-abu aku ikut meng-abu.



Hari ini datang lagi,  Tuhan

Seperti tidak mengenali diri sendiri, banyak alasan, tidak tau yang mana yang membuat sesedih ini

Mungkin semuanya

Aku sendiri yang suka sok tau terhadap perasaan dan keadaan orang lain

Mengetahui sebenarnya pemicu sedih ini apa, tujuan sedih ini apa, mengapa aku harus sedih, mengapa tidak bisa berhenti pada sedih yang sama

Aku tau semuanya

Sementara mengetahui, bukan merupakan penyelesaian.

Aku ini terlalu munafik, terlalu munafik, terlalu munafik

Sementara Allah sangat membencinya

Mana yang harusnya aku tulis terlebih dahulu, melebur dan mengabur

Tidak menjadikan kesedihanku sebuah kronologi yang jelas



oh, sebenarnya ini perkara apa. Dunia ku dan akhiratku...

Aku takut menjadi fasik, Allah

Dunia seolah-olah hanya berupa pengejaran terhadap cinta orang lain

Saat diri merasa tidak spesial, terbuang, terpinggirkan, terlukai, terhina, dianggap tidak ada, rasa itu muncul

Kekecewaan itu muncul, artinya aku masih tidak bisa lurus dan tegak ke langit saat disorot mata manusia lain




Aku ingin menyanyangi diriku sendiri, aku ingin memaafkan diriku sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar