Tulisan ini adalah tulisan paling serius yang mungkin akan saya tulis.
Bismillah...
Kita hidup di era digital, begitu mudahnya memperlihatkan hidup kita dan melihat bagaimana kehidupan orang lain. Artinya, mudah juga buat menjudge sesorang, mengkritik sesuatu. Mudah suka sama orang, mudah benci sama orang. Dan lebih mudah lagi untuk menunjukkan itu. Di sisi lain, kita juga mudah menjadi follower, ikut2 an sama yang lagi ngetren di media sosial, yang lagi hitz buat dipost di snapgram.
Iya, saya juga begitu. Saya menjadi sadar begitu kuatnya pengaruh orang lain di hidup saya, pasca media sosial ini booming, meledak. Lahirlah kita generasi 'nunduk', yaitu yang lebih banyak menatap layar monitor daripada berinteraksi sosial. Yang kayaknya nih sehari ga update instastory kok kayanya ada yang kurang, semacam wujud eksistensi diri. Seolah-olah buat meneriakkan Heiii, ini gue masih hidup lho!
Ya mau gimana ya, antara seneng sama sedih hidup di zaman ini, (yang kadang-kadang sedihnya dikit banget, dikiiiit banget karena hidup udah telanjur tenggelam dalam cyber). Di sisi lain, banyak banget hal yang jadi lebih mudah gara-gara media sosial ini. Transportasi, transaksi perbankan, shopping, bisnis..etdah beli makan aja sekarang gampang banget tinggal pesen lewat gojek/grab, udah deh kenyang.
Banyak banget sebenarnya topik yang bisa diambil, tapi sekarang saya pengen banget menghubungkan fenomena ini dengan yang namanya penyakit hati.
Semua orang pasti punya penyakit hati. Penyakit hati itu jenisnya banyak, ada iri/ain, takabur, sombong, riya, dll banyak banget. Trus hubungannya sama media sosial apa mil??
Berhubungan banget! Kalian pasti juga diam-diam merasa. Contoh kecilnya misalnya kamu abis kepo akun instagram temen kalian..trus tiba tiba nih di hati ada yg ngebisikin kamu "Enak bgt deh hidupnya ga kaya gue" Atau "Cantik banget sih dia.."
Itulah ain, itulah iri.
Entah karena dulu saya belum concern sama bisikan-bisikan itu atau dunia belum semilenial sekarang atau gara-gara dulu belom banyak main media sosial, rasa-rasanya baru sekarang ini saya merasa, iri dan penyakit hati lain itu nyata dan mengganggu banget. Selain bisa menimbulkan penyakit ain buat orang yang kita iri-kan tanpa mengucap asma Allah, ada efek samping lainnya terhadap mental health seseorang. Terlalu banyak iri dengan kehidupan orang lain, membuat kita tidak bersyukur, dan efek lebih jauhnya kita jadi ga mencintai diri sendiri. Kita jadi punya paradigma kita harus menjalani kehidupan yang sama idealnya dengan orang lain.
Well, we just show what we want to show
Kadang kita lupa itu. Ketika seseorang menunjukkan hal-hal baik dalam dirinya, bukan berarti tidak ada hal yang buruk. Yah...but when we dont know about something we tend to assume.
Contohnya, dulu ada teman yang bilang ke saya "Kamu hidup kok sedih mulu sih, mil" dan rasanya itu langsung jleb banget, kaya pengen tereak "ehhh hidup aku bahagia lhoh!!" dan ternyata memang saya yang membuat teman saya berpikir seperti itu. Karena saya memang cenderung asyik di dunia maya justru saat lagi (misalkan: sendiri, atau galau) di kehidupan nyata dan memang suka nulis yang galau2 *haduh. Waktu itu langsung sadar, ohhh jadi orang menilai saya tuh kaya gitu ya. Hmm kita memang menilai dari apa yang terlihat saja.
Itu baru satu jenis penyakit hati. Gimana kalo riya?
Pernah ga sih kalian ingin berbagi sesuatu, misalkan yang muslim pengen share sepenggal ayat Quran, trus mikirnya lamaaa banget gara-gara takut dibilang show off/riya?
Padahal mungkin di hati kalian tulus mau berbagi manfaat, tapi takut dibilang sok atau gimana gitu.
Yah mungkin kita memang tidak setulus itu deh, misalkan di hati masih 1% riya. Tapi 99% nya niat baik berbagi. Gapapa kan ya sebenarnya?
Maksud saya ketika membagikan sebuah kebaikan saja penuh sekali pertimbangan dan akhirnya tidak jadi, tapi ketika membagikan hal-hal yang cenderung buruk kita malah no consideration, tidak ada pertimbangan, post mah post aja.
Itu yang saya lihat dan saya rasakan. Apalagi waktu viral kata-katanya Awk*rin "kau benci ku yang apa adanya, dan silakan sukai mereka yang belaga baik di depan kamera" ??? Ihhh rasanya tuhhhh asdfghjkl. Serius. Memakai tameng "lebih baik apa adanya" ketika memperlihatkan perilaku buruk. Rasanya pengen teriak di telinganya Yaelahhhh, mendingan lihat orang munafik yang menyebarkan kebaikan, daripada orang yang udah ga tau malu dan bangga memperlihatkan keburukannya. Soal munafik sama tidaknya niat orang itu urusan pribadi orang itu dengan TuhanNya tapi kalau kelakuan buruk ditiru oleh banyak orang itu urusannya sama manusia juga.
Ya memang ada saatnya kita harus menghindari berbuat sesuatu yang menimbulkan riya. Menetralkan hati dulu, itu yang paling ideal, Yah walaupun susah sekali dilakukan karena terlalu banyak maksiat yang kita lakukan, jadi hati menyesuaikan.
Intinya "Kita gabisa menjudge seseorang dari niatnya, karena seribu persen kita ga tau apa yang ada di hati seseorang"
Ada lagi. Haters. Orang-orang yang full hatred di dalam hatinya.
Dulu pernah baca post an nya Gita Savitri di blognya tapi lupa entrinya apa, intinya pokoknya kenapa ya ada orang yang sebegitu benci dengan sesuatu kemudian menunjukkan kebencian itu dalam bentuk tulisan yang kasar dan menumbangkan seseorang, yang bahkan dia ga kenal, atau bahkan alasan yang ga vital.Yang dimaksud disini, menjelek2an dengan kata-kata kasar dan ga pantas dibaca, bukan sekedar kritik lagi. ini hate.
Jujur, misalkan lagi liat post apa gitu trus jadi sebel/benci, saya ga pernah sampai menuliskan di kolom komentarnya, dan atau lain. Apalagi orang yang kita tidak kenal, artis atau siapa lah.
Contoh real nya nih yang lagi hot adalah penampilan salah satu pesulap Indonesia di ajang pencarian berbakat American's got Talent yang sekarang jadi trending no 1 di youtube Indonesia *gilak anak yutub banget wkwk. Pertama liat, wah keren sih...habis itu nonton untuk kedua kalinya sambil menebak-nebak gimana ya caranya. oh gini deh kayanya,..Manusiawi. Tapi serius ya cuma sekedar itu, ga menurunkan persepsi keren tadi waktu di awal nonton. Lalu waktu baca komen nya, hmmm. ada perang bar-bar di kolom komentar, dan isinya orang Indonesia semua.
Isinya adalah orang-orang yang selalu dan selalu mencari kesalahan/bahan omongan, menjelek-jelekkan istri Demian yang katanya overacting, hingga memberi tahu trik sulap itu seolah-olah dia juga bisa melakukannya. Sedangkan orang-orang luar negeri (yang mungkin lebih jenius dan pinter dari kita) malah sibuk tuh mengapresiasi penampilan itu.
Tapi balik lagi sih, setiap orang berbeda-beda sifatnya. Mungkin kadang-kadang baik menjadi judgemental/critical, tapi harus melihat efeknya bagi orang lain. Kemarin nemu ini dan sedih sih
https://www.youtube.com/watch?v=b7-wRFdbhY0 (Youtuber Bocah by Agung Hapsah)
https://www.youtube.com/watch?v=Sg4r71rzgZ8&t=2s (Demian Aditya American Got Talent menurut Deddy Corbuzier)
Jadi gimana kesimpulannya? Gatau... ini cuma yang akhir2 ini saya pikirkan dan rasakan. Saya bisa menulis ini justru karena masih banyak iri, riya, dll. Karena saya merasakannya makanya bisa menuliskannya. Semoga menjadi terpikirkan dan bermanfaat. Setidaknya untuk saya sendiri yang masih jatuh bangun, supaya ada yang mengingatkan. Bismillahirrahmanirrahim semoga Allah menjauhkan kita dari penyakit hati.
Bintaro, 2 Juni 2017

0 komentar:
Posting Komentar