Minggu, 27 November 2016

Pelan-pelan

No Amor Vincit Omnia
''Bukan cinta yang menaklukan segalanya''

Untuk segala sakit hati yang dibiarkan,  luka-luka yang ditenggelamkan,  air mata yang bersembunyi di balik bola mata... Bersabarlah..Allah selalu baik.  Dibukakan pengertian dan pendewasaan itu lewat kekecewaan.  Diperlihatkan pemahaman yang baik lewat hati yang sedih karena patah. Kamu tidak sendirian,  kamu tidak sendirian, Allah sayang.

Sejak sekolah dasar saya sudah menjadi pendengar cerita cinta teman. Lebih tepatnya kisah cinta yang sedih. Dan semakin kesini,  kisah itu bertambah kerumitannya,  dengan segala tetek bengeknya, bukan lagi sekedar kisah "dia baik ya, aku suka. Dia sholatnya rajin, trus baik sama cewek-cewek, ga kaya si Botak sukanya bukain rok cewek" saya lupa, wkwkwk mungkin itu kali ya percakapan dulu saat teman SD cerita tentang cinta monyetnya.

Ya..semakin kesini saya merasa 'cinta' itu semakin serakah dan egois. Dari berbagai cerita dan curahan hati teman2 saya pun cerita saya sendiri.

Semakin kita menginjak dewasa, kita seakan merasa ingin sekali dicintai. Ingin diperhatikan,  ingin diistimewakan,  ingin dipahami, ingin diperlakukan spesial..dll
Sedangkan perasaan manusia itu kompleks. Meskipun kamu mengenal seseorang seumur hidupnya belum tentu kamu mengerti perasaannya.
Begitu kompleksnya hingga, sering membuat kesalahpahaman-kesalahpahaman.  Karena apa?  Karena kita tidak pernah membicarakan hal-hal yang sebenarnya kita inginkan. Dan fase baper (melankolis) orang beda-beda.  Misalkan yang satu sedang di fase melankolis sedangkan yang satu engga,  maka yang bisa menangkap makna dan merasai cuma yang melankolis. Dari situ aja bisa timbul salah paham dan sakit hati.

Saya  sangat tersentuh ketika membaca sebuah kutipan.. Persis ketika saya merasa butuh pemahaman. Beneran deh kutipan yang biasa banget dan klise.
Katanya, "Cinta itu tidak egois,  cinta itu tidak cemburu,  cinta itu memaafkan,  cinta itu sederhana,  cinta itu baik"
Tapi coba pelan-pelan dibaca, mengerti maknanya?

Di luar sekat-sekat aturan Allah  yang harus dijaga saat mencintai seseorang sebelum menikah,  ternyata indah ya memiliki cinta yang seperti itu?  Yang diam-diam mendoakan,  yang diam-diam memberi perhatian,  yang diam-diam memberi tanpa berharap , yang bahagia kalau lihat dia bahagia, betapa tulus dan jauh dari ego dan nafsu.  Eh memang ada ya cinta yang kaya gitu?  Bukannya kalo tanda cinta itu ya cemburu,  tanda cinta itu sebel kalo si dia bahagia bukan sama kita,  sakit hati kalo dia ga bales chat kita *misalnya wkwk.

Ada. Itu level tertinggi dari cinta. Maaf kalo hipotesis abal-abal ini salah,  tapi pasti ada titik di hidup mu yang kamu akan menemukan pemahaman itu.  Yakin deh.
Dan itu pasti susah banget ya dilakuin diantara segudang godaan dan law of few people. Tapi berusaha dalam hal itu sampe jatuh bangun, adalah hal yang baik.  Pelan-pelan. Ga ada perjalanan manusia yang sempurna.

Gatau, inti post ini itu apa entahlahhh.  Cuma semoga pemahaman ini pemahaman yang baik.  Intinya, kita mah sering lupa ya,  yang ngatur semua2nya itu Allah.. Mau gimanapun diusahain sampe nangis tiap malem, sampe galau tiap siang,  kalau mah bukan jodoh yaudah dijauhin tuh.. Jatah dikecewakan oleh orang yang sama atas hal yang sama itu kita sendiri yang tentukan. Kalo setelah dikecewakan,  kita balik lagi dan ga belajar maka kita akan kecewa lagi. Gitu terus sampe kita menemukan pemahaman yang dibungkus sakit hati itu, dan akhirnya menjauh dari polutan penyakit hati.

Di atas cuma perspektif cinta dari sisi lain,  maaf yah kalau awut2an atau ada yang salah.. Agak jijique dan alayque juga sebenarnya plus merasa juga belom bener tapi semoga setidaknya memberi pengertian yang baik (terutama buat diri sendiri), meskipun sekecil upil raisa.

21.04
November ceria 2016
(Setelah baca bukunya Salim A Fillah, dan dengerin ceramahnya ust.Felix)

Sabtu, 19 November 2016

Pendewasaan nomor satu

"Cinta itu tulus dan tidak egois.  Cinta itu tidak cemburu.  Cinta itu memaafkan. Cinta itu memberi tanpa berharap menerima. Cinta itu sederhana."

Kalimat yang sederhana dan menggelikan dan alay dan iyuh.  Tapi seseorang akan tau maknanya yg sangat dalam kalau merasakan patah hati.  Sebuah proses untuk itu menyita kebahagiaan, berakhir pada seseorang merasa lebih dewasa,  lebih mengerti,  dan menerima.

Melihat kebahagiaan mililnya tak lagi akan menyakiti.

Senin, 14 November 2016

Begin again

Jeng jeenggggg!!! 💞💞💞💞😇😇

I finally found this kind of positive vibes in my melancholy situation.

I need to be happy,
even i'm a girl with melancholy and sadie soul.  I dont deserve pain,  i have choices and change.  Allah give me.

So this is it,  i am start a new me (i hope is much better of me).

I know,  joy will never be always here. But let the circumstance make me understand: I NEED TO BE HAPPY.

Not so depend with other people, i dont need to be so people-oriented.  Disapointed kills me.

Bismillah :)

Rabu, 28 September 2016

Pemahaman yang baik (semoga)

Aku bertanya-tanya sejak kecil, kenapa ada film yang begitu menjengkelkan, dua orang yang saling mencintai tidak berakhir bersama.
Kenapa?

Ternyata seseorang yang aku sayangi belum tentu baik untuk hidupku.

Seperti rumput
menyukai langit
kesukaanku padamu
membuatku letih
dan lelah
menjadi orang lain
yang bukan aku
kamu seperti dekat
tapi bahkan kabut awan mu aku tak sanggup menyentuh
merasakan kesedihanmu
lewat hujan, aku tidak bisa apa-apa
meneropongi bahagiamu, aku tidak bisa apa-apa


Seperti perahu
menyukai batu karang di dalam lautan sana
aku mondar mandir
ada dalam keberadaanmu
melihat satu persatu
manusia terjun untuk lebih mencintai kamu
aku ingin menenggelamkan diri
sesekali jawablah
aku kirimkan isyarat
aku tidak bisa apa-apa

Kenapa?
karena kamu terlalu jauh untuk menjadi nyata
terlalu menakutkan menyakitimu

Kenapa?
karena denganmu (yang menurutku sangat aku sukai) sayangnya membuatku tidak bisa jadi diri sendiri.

28 Sept 2016
(aku tidak sedih!sekarang aku mengerti)

Kamis, 22 September 2016

Ibu, Ayah, Mengapa?


Inspired by Christy Carter Koski (Chicken Soup)


Ayah, mengapa aku suka sekali laut? Ayah, mengapa laki-laki seloah-olah tidak pernah sedih? apa mereka diam-diam juga menangis di balik selimut sebelum tidur malam mereka? Ayah, mengapa ayah tidak pernah mengeluh padahal kerja ayah sangat melelahkan. Ayah, mengapa aku tidak bisa menunjukkan kalau aku sedang marah? Ayah mengapa aku tidak bisa menangis ketika aku ingin sekali menangis? Ayah, mengapa ayah mau mengepang dan memainkan rambutku? Ayah, kenapa ayah selalu membelikan aku barang yang sama dengan kakak? Ayah, mengapa ayah selalu tau saat aku menangis dan mau mendatangi kamarku, kemudian menasehatiku sambil memijat-mijat kakiku?Ayah, mengapa laki-laki suka berbohong? Ayah, mengapa ayah selalu terlihat sakit dan batuk-batuk ketika ayah mau pergi ke Bogor? Ayah kenapa ayah jatuh cinta dengan Ibu? Ayah, mengapa aku masih suka melakukan kesalahan2 yang tidak penting yang membuatku kerepotan, membuatku benci pada diri sendiri. Ayah, adakah nanti laki-laki yang bisa menyembuhkan jenuhnya padaku ketika terlihat sekali aku tidak sempurna? Aku ingin menjadi seperti Ibu biar mendapatkan laki-laki yang seperti ayah. Ayah, aku lelah menyimpan, aku lelah berpura-pura. Pura-pura itu menyakitkan.

Ibu, mengapa ibu sangat cantik? Ibu, mengapa aku bisa takut belalang dari kecil? Ibu, mengapa ibu selalu lebih suka di rumah daripada datang arisan atau kondangan? Ibu, mengapa aku suka warna biru, dan bukannya kuning? rasanya itu menggambarkan sifatku. Ibu, mengapa ibu sangat hemat dan jarang membeli daging kecuali aku atau kakak pulang? Ibu, mengapa ibu tidak menanyakan hal-hal kecil kepadaku saat aku di perantauan, aku iri pada temanku, aku ingin ibu menelponku hingga berjam2. Ibu, mengapa ibu susah memberiku izin untuk pergi bersama teman2ku? Ibu, mengapa aku malu mengatakan aku sayang Ibu. Ibu, mengapa cinta membuat sakit dan rumit seperti benang jahit! Ibu, mengapa hal-hal kecil membuatku sedih.Ibu, mengapa aku susah melupakan orang, padahal aku suka lupa menaruh barang dan ponselku? Ibu, mengapa aku kadang-kadang memang harus bohong dan membohongi perasaanku sendiri? Aku lelah bu, aku ingin jujur dan mengakui semuanya, biar lepas, biar sekalian luka. Ibu, apa ibu kesepian? Ajari aku ibu, kesabaran dalam jalan yang baik.
22 Sept 2016
00.29 AM
Mila harus tidur.







Senin, 12 September 2016

random thought, the troublesome




Boredom comes to me. it feels strange. i feel lonely, but dont want to meet anyone. i feel empty that i decided to read books. it such a long time since i finished a book. 7 novels stuck in the middle. i dont know why, until i realized that i already forgot what i read so easily. that i had to read some pages before my checkpoint. i lost my excitement to know the ending of the story, even a drama or a film.
i was wondering what happen to me.
sometimes i feel so lonely, and i feel i can cry.
Back then, the memories of death made me feel i have no one here in my life. People just live in their life alone, involved in mine is not something important.

i used to start forgetting many of things. i feel i could disapeared. i feel i lost my sense. i become emotionless. Allah, im afraid of dementia so much although im still 19 years old. Because i feel so much things change in me, my bad and pesimistist cant be help anymore. my brain work worse rather than usual.

I have Allah..i have Allah
it just my bad habit of thingking too much, i hope

i need You, and you

12 September 2016, 8.36PM

Rabu, 31 Agustus 2016

Ketika membaca tulisan-tulisan lama, lalu kamu merasakan, ternyata dulu aku bisa begini ya.

Kenak-kanakan, alay, hiperbolis, berpikiran sempit, segala macam perasaan itu, kamu akan bersyukur pernah mengabadikannya.

Bayangkan kamu saat itu menulisnya dengan segala macam emosi, marah, sedih, air mata, dan mungkin sedikit kebahagiaan. Keluar dari persembunyian kata-kata yang kamu pendam itu.

Kamu ingin sekali bisa mengabadikannya perasaan “ingin menjadi lebih baik” pasca menulis kan? Karena luapan itu, memaksamu menjadi jujur pada diri sendiri. Melalui instropeksi diri, menulis melatihmu menjadi bijak.


Tapi aku ini, sangat egois ya.
Melalui tulisan, aku ingin sekali kamu pahami.


9.34 PM. 30 Agustus 2016

Saat Hujan

Selasa, 12 Juli 2016

Pada suatu senin

Senin, 11 Juli 2016

Saya rasa malam ini saya ingin menulis banyak. Tentang hal-hal kecil yang selama ini mengganggu saya. Membuat keributan dan riuh di kepala saya. Jujur saja saya muak. Dan salah satu quote favorit saya “Are you love you when you meet you?” “Not yet, I think” sendu dan melankolis membunuh saya, perasa menguras tenaga saya. Saya perlu menjadi ceria dan independen.

**
Saya minggu-minggu ini sedang membaca Catatan Seorang Demonstrannya Soe Hok Gie, sebuah buku yang diterbitkan LP3ES (sebuah lembaga jurnalisik) berdasarkan catatan harian seorang pemuda hebat  di era reformasi rezim Soekarno. Isinya tentang pandangan, pesimistis juga perjuangan, dan segala lainnya dalam balutan sejarah, berikut tentang cinta menurutnya. Saya belum selesai membaca.  Cukup lama membacanya karena banyak istilah yang saya tidak mengerti dan proses serta seluk beluk sejarah yang saya tidak mengerti pula. Saya merasa bodoh, sekali. Rasa-rasanya saya sekarang sudah kuliah semester empat tapi plonga-plongo terhadap segala hal bukan cuma tentang sejarah. Padahal saya nanti akan jadi bagian dari pemerintah. Saya mikir apa aja sih selama ini? Masa cuma menuruti perasaan yang malah membuat diri sendiri jauh dari sesungguhnya diri. Dulu saya suka biologi, penghafal sistematis. Lalu sekarang, ga Cuma susah menghafal tapi ketika sudah hafal juga mudah lupa. Mungkin benar kata bapak, saya kebanyakan tidur sesudah sholat shubuh. Saya jadi sedih, tapi saya bersyukur saya diberi kesempatan membaca novel itu. Saya terinspirasi sangat. Terinspirasi untuk menjadi jujur, bahkan kepada diri sendiri. insyaAllah saya mau menulis lagi, ga perlu memilih diksi mana yang tepat, atau cantik, setidaknya apa yang ada di kepala saya ini bisa keluar tanpa membebani. Saya sudah cukup biru, dan juga saya ingin menjadi pengingat yang baik. Saya harus lawan demensia sedini mungkin.

**
Dulu waktu SMP saya keranjingan sekali membaca. Saya ingat saya baca novel harry potter dari yang ke 1 sampe yg dealthy hallow bukan Cuma sekali. Kerjaannya tiap istirahat sekolah ke perpustakaan, cepat-cepat daftar antrean buku. Pulang ke rumah bawa novel 1500 halaman, bukan buku sekolah. Tiap hari dimarahi ibu karena ketahuan baca novel di kamar gelap-gelapan saat yang lainnya udah tidur. SMA, masih suka baca. Tapi selama itu jarang beli buku, sukanya pinjam di tempat sewa buku, 3 hari sekitar  sepuluh ribu. Jadi harus ngebut bacanya. Dan kenapa sekarang saya begini. Kalau tidak salah ada 6 buku tidak selesai saya baca, berhenti di tengah-tengah—dua diantaranya beli sendiri, dan padahal semangat sekali waktu membeli. Saya masih senang membaca di perjalanan, di kerumunan, memburu waktu. Tapi kalau ada waktu senggang di kos atau rumah, saya lebih senang menonton film, youtube, atau hal-hal lain. Saya merasa kosong. Ya semoga ini karena sudah tidak tertarik lagi karya fiksi. Saya akan coba membaca aliran lain. Semoga deh.


**
Malam ini saya pulang naik motor sendiri di tengah hujan. Banyak yang saya pikirkan (dan lamunkan) ketika berkendara. Saya tau itu membahayakan tapi saya tidak bisa berhenti. Lalu lampu-lampu yang menyinari kacamata saya yang sebelumnya sudah kena tempias air hujan, memantulkan warna-warna yang berbeda seolah mengisyaratkan bahwa: Perasaan sayang kadang perlu ditunjukkan. Apakah adik saya tau bahwa saya menyayanginya kalau saya tidak pernah mengatakannya atau menciumnya malahan sering memarahinya, tapi memperlakukan dengan baik adik orang lain? Atau, saya tau ibu dan ayah saya menyayangi saya tapi dengan khawatirnya yang ditutupi larangan dan marah akankah membuat saya yakin ibu dan ayah sesayang itu dengan saya atau tidak? Karena saya tidak tau, sayang dan cinta ditransformasikan menjadi wujud apa? Kita tidak tau. Apa selamanya kita harus menduga-duga, bahwa kita disayangi atau tidak? Di luar bahwa ada beberapa cinta yang memang harus ditutupi, dan dinikmati lukanya dalam diam. Rasanya…dengan seseorang menunjukkan bahwa kita dicintai membuat kita menjadi merasa lebih berharga. Seperti ada seseorang yang menemukan sesuatu yang indah di dalam kita—One Brilliant Young Man. Dan kenapa saya membuat sebuah paradoksal, padahal saya berjanji untuk jujur?

**
Saya mengucapkan sesuatu yang seharusnya tidak saya ucapkan, dan mendiamkan sesuatu yang seharusnya saya bicarakan. Belum bijak dalam hal ini, semoga segera. Hingga mungkin beberapa orang di luar sana, terluka karena kata-kata saya, saya minta maaf. Saya sangat sadar ketika saya tiba-tiba jadi jahat, dan antagonis. “Sudah terbukti kan ruginya ketika emosi menguasai jiwa?” –Cinta kepada rangga
Yang saya tau, saya sekarang sedang merasa kehilangan seorang sahabat.
Begitu berbeda rasanya, hari-hari ini daripada hari yang dulu. Dulu lebih ramai sepertinya. Entah mana yang lebih baik. Kepala saya rasanya mau meledak menuruti mana maunya hati. Padahal dia baik-baik saja.
Saya perlu sumber bahagia yang banyak, biar kalau yang satu pergi saya masih bisa bahagia. Ya kan?

**
Saya menemukan..begitu banyak orang baik di dunia ini dalam lingkup kehidupan saya. Membuat saya senang tapi juga sedih karena merasa saya sungguh tidak ada apa-apa nya, saya masih penuh kepura-puraan dalam menjadi baik. Belum sepenuhnya tulus. Apa semua orang punya sisi itu atau saya saja yang memiliki kecenderungan itu?

Saya jadi pengen cepat dewasa dan menjadi baik. Halah, memangnya menjadi baik harus dewasa? Iya.

Selasa, 22 Maret 2016

Menjadi Dewasa

Sudah berapa kali kulihat matahari terbit menuju peraduan padahal sebenarnya menunggu disana ia sendirian. Lalu malam dan dia sirna.
Sudah berapa kali bulan mengintip di jendela atas kamarku, meski aku tau berputar-putar dia jauh disana mengikuti bumi, tapi ternyata menjadi sama tidak menjamin kebersamaan yang abadi. Karena siang dan dia hilang.
Sudah berapa kali kurasakan hujan menjadi penyembuh, setiap tempiasnya aku selalu belajar untuk bersabar. Kuusap berkali-kali pada suatu waktu dengan tanganku, atau sesekali kubiarkan bola mataku menelannya lagi.
Sudah berapa kali orang berkata, ngga apa2 sambil tertawa saat seseorang peduli bertanya ada apa. Apa introvert bagian dari kerja alam bawah sadar melindungi dari luka, atau itu pilihan. Kurasa, tiap orang punya topeng, dan pandai berpura-pura.
Apa menjadi dewasa sebegitu tidak menyenangkan?
.
.
Dan aku sekarang mungkin mulai sedikit  memahami, perjalanan ini

***
Menjadi dewasa memaksaku berpikir dan merasa lebih dalam.

Ternyata meninggalkan bahkan jauh lebih sakit daripada ditinggalkan. Bertahun-tahun aku hapal dengan apa yang namanya perpisahan. Aku melepas ayah pergi ke perantauan berkali-kali di daun pintu. Dikecupnya keningku, kakak, dan adikku sambil berkata agar kami jadi anak yang baik dan segala wejangan lainnya. Dipeluknya ibuku sebagai penutup, dan aku selalu bertanya-tanya kenapa ayah selalu terlihat sakit waktu akan pergi. Aku tanyai  ayah kapan ia kembali ke perantauan saat ia baru datang, dan aku mulai menghitung hari dengan cemas. Aku dan mungkin ibu juga saudara2ku selalu menangis diam-diam ketika ayah mulai meninggalkan rumah kami. Rasanya kesepian menjalar ke setiap sudut rumah. Rasanya..meski berepetisi, tapi tidak pernah berkurang  birunya. Aku menghapal kenangan itu sebagai memori inti berwarna biru.
Dan menjadi dewasa ini, aku belajar…Berpamitan kepada keluarga menuju perantauan, mencium tangan ibu, melihat rumah yang mulai menghilang di ujung mata,  (sungguh) lebih sesak ketimbang ditinggalkan.

***
Menjadi dewasa menuntutku selalu sembuh di tengah ekspektasi dan harapan.

Ternyata aku yang paling banyak mengecewakan aku. Ternyata aku yang paling membuat hidupku berantakan. Ternyata aku yang paling membuat aku sedih. Bukan orang lain.
“Kamu sibuk mikirin apa yang orang lain pikirin tentang kamu, padahal orang lain juga sibuk mikirin apa yang kamu pikirin tentang mereka. Pada dasarnya semua orang Cuma ngurusin diri sendiri” seseorang bilang kepadaku kemarin malam, dan aku tidak bisa tidak setuju
Apalagi di tengah kuat2nya arus teknologi dan sosial media, kita akan sadar: Kita melakukan apapun hanya untuk dilihat orang lain, bukan untuk menjadi diri sendiri apalagi wujud eksistensi diri. Dan aku juga sesekali ikut luruh dalam arus itu.
Kayak kita berkumpul dengan teman dan sahabat atau tiba di sebuah tempat yang indah. Lalu kita foto dan hiasi laman kita itu dan kita jadi lupa tujuan kita adalah mengabadikan momen. Jangan jangan kita malah tidak menikmati momen sama sekali, atau jangan-jangan lagi (yang paling parah) kita sengaja ciptakan momen untuk di-iri-kan orang-orang yang melihat laman kita itu. Pretending to be happy? Yah semoga tidak ya.
Kadang merasa lebih sosial, atau people oriented itu hal yang bagus ketika perasaan itu kita datangkan dalam keseharian. Kita mungkin akan lebih menghargai perasaan orang lain dan tidak mudah menyakiti.
Tapi menjadi dewasa membuatku mengerti, kalau aku terus-terusan mudah menjadi melankolis atas yang orang lakukan dan pikirkan tentangku, aku tidak akan berkembang. Aku akan mudah dikecewakan atas ekspektasiku atas orang-orang. Aku tidak akan bisa independen.

**
Menjadi dewasa membuatku mengetahui atas apa yang belum boleh aku miliki

"Ketika aku di tengah-tengah kerumunan orang, aku selalu berusaha mencarimu. Biarpun jika aku menemukan orang yang salah, aku akan terus mencarimu. Dan ketika aku sedang mencarimu, tak peduli seramai apapun kerumunan itu, entah bagaimana aku pasti menemukanmu sebagai yang pertama. Aku ingin tau apakah itu yang disebut jatuh cinta". – sebuah monolog film Ao Haru Ride
Aku merasa payah mengatakan hal-hal retoris tapi dalam menyukai seseorang memang selalu ada senang dan sedih, lalu seseorang itu bisa ubah itu hanya dalam sepersekian detik. Membuat pertanyaan-pertanyaan yang sama dengan jawaban yang berbeda, dan aku selalu tidak punya pembenaran mana simpul yang nyata..selalu terluka dalam ketidak menyerah an ini. Ironi.
Katanya desaran pasir tak bisa dusta, tapi manusia punya banyak topeng untuk berpura2. Egois, aku mau tetap pakai topeng, tapi memaksa dia membukanya (atau jangan2 itu wajah aslinya?). Berikan aku isyarat…agar aku merasa segar di tengah-tengah padang pasir yang sekali angin berhembus aku bisa jengah kembali, dan ternyata haus kembali. Aku akhir-akhir ini menemukan isyarat bukan penyelesaian, bagai morfin aku butuh dosis yang lebih tinggi, hingga sekarat dan sekat-sekat perasaan yang selama ini aku jaga menjadi hanya sekadar fatamorgana.
Dalam arah, menghilang aku mencari pembenaran-pembenaran atas sikapku, atas perasaanku, atas kecewaku, atas tangisku. Semuanya terasa salah. Semuanya yang kadang berlebihan. Aku terlalu merasa.
Dari sini aku bisa lihat perpisahan begitu nyata. Di satu sisi aku ingin cepat tiba, tapi keberadaan seseorang itu membuatku semakin sesak dan berat berteman dengan waktu. 
Di titik-titik dikecewakan, aku menyadari aku terlalu percaya diri. Rasanya seperti semesta mengejekku, aku dipermalukan habis-habisan, dan tidak ada satu halpun menjadi bantalan penahan rasa sakit setelah jatuh dari tebing ekspektasi berketinggian super itu. Aku jatuh, lagi. Di antara kerikil dan batu-batu besar. Aku merintih getir. Tapi dari atas sana, dia meneriaki namaku lalu sekelebat, luka itu tidak ada rasanya lagi dan aku akan kembali mendaki (lagi). Seperti siklus yang tidak pernah berhenti.Aku tidak mabuk, tapi aku tidak pernah bisa sungguhan marah. Memangnya mau marah pada siapa?
Namun…
Di perjalanan ini, aku berterimakasih kepada Tuhan, terlepas ketersesatanku sekarang, aku ingin menunggu muara itu di depan mata. Nanti saja, perjalananku masih panjang. Semoga batas-batas itu tidak lagi kulanggar.
Karena menjadi dewasa membuatku berpikir ada hal yang tidak boleh kumiliki sekarang, di tengah-tengah perjalananku yang masih jatuh-bangun dengan segala kekurangan-kekuaranganku harus ada aturan. Harus ada sekat bernama agama, dan Tuhan janji muara itu akan datang nantinya. Semoga aku tidak perlu isyarat dan pembenaran lagi. Mungkin belum bisa sepenuhnya meninggalkan, tapi aku akan jaga.



Banyak hal yang aku tau berubah seiring ini.
Dan akan lebih banyak.

22 Maret 2016
Jakarta




Selasa, 05 Januari 2016

Untuk yang tidak ingin dilupakan

Ditulis khusus untuk sahabat-sahabat di tanah rantau 



Ubah sedihku jadi tawa, seka peluhku aku seka peluhmu, ludahi lukaku yang menganga terkena kerikil sepanjang perjalanan. Aku kamu kita tertawa lalu menangis, kita sendiri yang membuatnya. Taruh kepalamu di pundakku jika bebanmu terlalu berat. Imajiku kamu salah satunya. Akan menyenangkan jika selalu melihat wajahmu setiap harinya. Kita membagi segala cerita cinta juga cita. Lupakan saja sejenak dimensi jarak yang mungkin akan tercipta nantinya. Aku tidak takut lagi. Jika melupakan adalah anugerah, terlupakan juga kan?
Untuk hal-hal kecil, aku mau mengabadikannya dalam tulisan, karena aku tau seberapa pelupanya aku. Suatu saat nanti, aku akan membaca yang aku tulis dan aku penasaran. Seberapa meledak-ledak perasaan rindu. Air mata menetes, atau senyum merekah mengingat kalian. Perjalanan ini hanya sekali. Kalian penghiburku, kalian arahku. Mungkin di ujung jalan itu kita tidak ditakdirkan, tapi semoga kita sama-sama bahagia. Sesekali aku akan singgah, kita berbagi cerita masa lalu.
 
***
Dear, kalian
Terlepas dari aku yang lebih suka nulis saat lagi melankolis, sekarang waktunya nulis tentang orang-orang yang selalu bisa buat ketawa, pun ketika sebenarnya lagi ngga pengen ketawa. Orang-orang pertama yang ingin aku temui ketika lagi sedih atau senang. Orang-orang yang paling nyaman untuk diceritakan apapun, untuk menjadi apapun udah ngga malu lagi. orang-orang yang udah kayak keluarga, yang hampir tiap hari ketemu, sampe bosen-bosen2:(

Banyak orang sekelilingku yang menginspirasi, yang membahagiakan, yang selalu membuatku apa adanya. Tapi untuk yang post kali ini aku mau cerita dikit tentang geng sekumpulan orang gajelas. berawal dari grup WA yang berganti2 nama. yang kuinget "Margo, you're not lost" sok2an paper town emang-- grup berganti nama setiap detik sekali *eh engga sih lebay tapi emang ganti mulu* kemudian jadilah kita grup bernama "Tanpamu tak akan sama" dengan Ragil sebagai ibu, Heri sebagai bapak tapi kalo malem jadi ibu kedua, aku dan deny sebagai anak.
1. Ragil Istiqomah
Dari namanya aja udah gajelas. Namanya ragil tapi dia anak pertama. kan sedih. Panggilan barunya adalah nduty sar nduty. Pencetus nya adalah Hero eek kuda. kenapa nduty? kalian bisa menyimpulkannya sendiri wkwk. Nduty adalah orang yang paling nyebelin kalo lagi ketawa, karena.....ketika dia ketawa, tanggannya sambil nyubitin orang terdekatnya, dan cubitannya sungguh keciiiilll sekaliii :' tanganku sampai lebam2 jadilah kulitku sekarang hitam, karena sering dicubitin. padahal dulu putih. apaan sih mil....-_-
Nduty ini orang yang paling seneng melihatku menderita, dia pasti ketawa paling kenceng ketika aku mulai nglakuin hal-hal memalukan di depan umum. contohnya, waktu itu lagi makan di kantin parma sama nduty iska dan tia. aku duduk di sebelah tia kan trus tiba-tiba waktu lagi asik2 nya duduk, entah karena gerakan apa, jadi tiba-tiba kursi parma yang dari plastik itu mleot trus aku hampir geblak kebelakang trus aku teriak teriak minta tolong, dan yang bantuin...cuma tia saja seorang:')  Iska sama ragil asik ketawa tak terkontrol.Aku sampai sekarang gabisa lupa adegan memalukan itu yang sungguh sangat memalukan karena kantin lagi rame2nya :')
Baru-baru ini ragil juga jadi saksi mata aku jatuh dari kursi waktu beli es buble. Dia ketawa lama kali, sampe gabisa jalan.
Ragil itu orang paling blak-blakan sedunia, dia cewek yang ga baperan tapi kok ya nangis mulu haha:p. Temen yang jujur. kalo ga ya ga, kalo iya ya iya, tanpa mudah ga enakan sama orang.Ini yang aku pengen bisa jadi dia kadang-kadang. Tapi sukanya gosip minta ampun. parah. aku terjerat dan tak bisa kembali.
Tapi apapun itu, dia beneran ibuku di STAN ini. dia yang paling tau kekurangan-kekuranganku, seberapa pelupa dan seberapa ceroboh. Dia orang yang langsung nyamperin bawa makanan ketika tau aku lagi sakit, suka bikin terharu si ibu nduty ini kadang2.
Dia yang suka ngasih nasihat-nasihat layaknya seorang ibu kepada anaknya. Ya begitulah kira-kira...

2. Deny delon
Deny itu orang yang palinggg sering ngajak berantem, ngobrolnya kita aja ngobrol berantem. dan yang diberantemin adalah sama sekali gapentiing. Orang yang gatau diri suka ngejek aku item manggil namaku semena2 nyi iteng lah, michele lah, nam lah pokoknya yang mengindikasikan kalo aku item. Masalahnya tu dia lebih item. ga tau diri kan?
Semakin kenal semakin menyadari deny adalah orang paling jorok di seantero jagat raya ini. udah gapernah mandi, suka kentut, suka ngupil, gabanget pokoknya. Dia sekarang lagi sok-sokan suka novel, sok-sokan jadi zafran iyuuhh.
Selalu bilang "Apa yang kamu anggap biasa, kalo itu di luar kebisaanku maka itu jadi di luar biasa" kalo ngga
"Biarkan bulan tertawa melihatku yang kebingungan mencari malam" hek-___-.
Udah gitu hidupnya utangg mulu....Ah sudahlah, kalo diterusin post an ini isinya penuh sama aibnya dia doang:p
Tapi dia orang yang menyenangkan. sahabat cowok yang paling baik. Yang bikin makan jadi teratur haha tapi bikin teratur juga ngambil uang di ATM. Yang juga sering ngutangin waktu belum dikirimin uang. Sahabat cowok yang paling bikin nyaman, udah gaada rasa ga enakan lagi. Meski nyebelin, dia baik. Dia orang yang mau mendengarkan dan belajar. Yang walaupun dia sebel sama orang yang baperan, aku tau dia pun perasa.
Maaf ya selama ini suka merepotkan.

3. Bapak Heriyanda. ralat, Bapak Heriyando (Biar terdengar seperti Aliando)
Beliau adalah ayah dan suami yang baik. Kadang-kadang beliau merangkap menjadi ibu muda bagi kami. Deny sebagai anak, merangkap menjadi suami ibu muda ini. Kebapakannya terlihat dari betapa religius dan suamiable bapak. Juga waktu kita berempat berbelanja bersama di harmoni, si bapak ini yang paling khusyuk dan paling lama memilah-milah buah-buahan yang dia beli. Pokoknya suamiabe. Tapi semua itu semu, dia kadang-kadang 'kadang' :( Setiap malam bapak heriyanda berganti nama menjadi heriyani.Suka ngomong tik tak tik tok sambil menjetikkan jari, ga paham. Kesan pertama kenal kayak orangnya serius dan normal, ternyatoooo -____-
Dia selalu duduk di depan sendiri kalo kuliah. bukan...bukan karena sok pinter atau apa tapi dia dalam usaha pedekate ma dosen yang kebanyakan cowok. haha ngga deng, heri emang rajin, aku termotivasi sama dia. Kagum, dia selalu fokus, paling rajin ngerjain pr, ngga kayak aku yang selalu ngantuk pas kuliah dan deadliners. 

***
Aku sadar aku membentuk sekat-sekat pada orang-orang.
Aku tidak bisa jadi sepenuhnya apa adanya, kecuali pada diriku sendiri. 
Saat-saat melankolisku menguasai, di tengah-tengah sanguinisku, aku menjadi lain.
Tapi apapun kalian adalah baju-baju favoritku yang ingin aku pakai pertama kali ketika sedang sedih atau senang.
Aku menuliskannya, semoga nanti, atau beberapa tahun lagi ketika kita punya hidup masing-masing, aku masih bisa mengingatnya. Setiap detailnya jika aku bisa.

Terimakasih ya :)

Cerita dari seorang teman laki-laki



9/11/2015, sebuah malam dengan hujan rintik-rintik
"Aku temui luka yang sangat besar yang ditutupi dengan sangat rapat" 

Seorang teman laki-laki yang kukenal baik malam itu membagi rahasianya. Dia adalah teman yang baik, supel, penghidup suasana, dan gila. Seseorang berkata, teman itu kayak ganti baju. Aku sepenuhnya percaya. Dan selama hampir dua tahun kita berteman, dia adalah teman gila tempat dimana aku bisa ketawa terbahak-bahak, membagi kekonyolan, pun dia. Tapi ternyata, aku cuma melihat satu sisi nya. Di tengah perjalanan pulang kami, tanpa sengaja dia bercerita tentang hidupnya. dan sungguh aku tidak percaya atas apa yang sudah terjadi dalam hidupnya.

Di akhir ceritanya, di tengah sedih-sedihnya, aku cuma bisa bilang “Aku ga tau kalo aku jadi kamu, aku bakal sekuat kamu apa engga. Tapi beneran aku ga nyangka”
Dan dia berkata “Iya kan mil, orang yang banyak ketawa pasti banyak luka yang disembunyiin.”



“Iya.”