Perspektif?
Selama ini aku suka sekali dengan diksi itu. Aku suka sekali memikirkannya di kepalaku. Menurutku perspektif itu hebat. Ia membuat manusia terpisah ke dalam labirin-labirin yang berbeda. Benar kan?
Kadang kita terlalu banyak bicara menurut cara pandang kita, lupa dalam apapun ada dua sisi, ada dua cerita, bahkan lebih. Ga ada yang benar-benar hitam, ga ada yang benar-benar putih, ada abu-abu. dan abu-abu itu akan selalu ada. Kita sering banget ya denger itu tapi sudahkah kamu menjadi orang yang bijak meski sudah memahami?
Kadang pun dalam suatu cerita yang kita yakini mana jalan cerita yang benar, ada gap yang kamu tidak boleh abaikan. Ini lebih dari waktu nonton sinetron, terus adik tanya "Mba, itu yang baik mana, yang jahat mana?"
Kenyataannya, sifat manusia tidak mungkin seenaknya dibagi atas yang jahat dan baik. Tapi kita lebih nyaman atas itu. Menolak pengecualian. Kayak aku yang benci sama Summer Finn di film 500 days of Summer, aku yang benci Heathcliff di novel Wuthering Heights. Dan kayak aku yang sebel sama Go Hye Mi di drama Dream High waktu episode awal-awal. Karena apa?
Karena mereka bertiga adalah protagonis. aku seperti udah ter doktrin ya kalo protagonis harus sempurna, baik, berhati malaikat. Dan kalo memang protagonisnya jahat yaudah jahat sekalian. Aku pun ga tau kenapa berpikiran kayak gitu. Apa cuma aku?
Lalu aku mikir...aku, kamu, ibu kita, bapak kita, dosen kita, temen kita, mereka semua sesungguhnya
adalah protagonis dalam hidup mereka masing-masing. dan kita pun juga tritagonis dalam cerita orang-orang yang kita kenal.
Pertanyaannya sekarang..Jangan-jangan kita pun bisa jadi adalah antagonis dalam film mereka? Seberapa banyak?
Mungkin kalo diibaratkan perspektif tu kayak jalan...Maka dari itu kita pasti lebih ngerasa nyaman sama orang yang sepemikiran, yang jalannya sama. Ah apa mesti begitu? Ga juga. karena lagi-lagi ada pengecualian dalam pernyataan. ada yang ngga pasti dalam kepastian kecuali 1. Tuhan dan ketidakpastian itu sendiri.
Yang paling indah adalah kita punya hati yang lapang. Kita tetep bisa 'jalan' bareng dengan mereka. meski itu bukan 'jalan' yang cocok buat kita. Jangan kaku dan terima perspektif orang lain, damai deh hidup karena menghindari konflik yang ngga penting.
Emm muara dari tulisan ini sebenarnya adalah karena tadi diajar sama dosen yang super keren. Dan ngerasa seperspektif gitu halah haha
Mungkin entry berikutnya mau bahas apa yang bapak dosen tadi utarakan. Tentang welfare vs happiness. Ya sudah yaa..akhir-akhir ini pengen banget semua yang dipikirin ditulis di sela-sela tugas. tapi apa daya. ada tugas. ulang. TUGAS.T.T
Sebagai penutup pengen ngomong:
Betapa kadang menulis itu seola-olah merumitkan hidup yang sebenarnya sederhana. Dan yang membuat rumit adalah perasaan. Karena manusia bisa tertawa, maka manusia pun bisa menangis. tidakkah kamu tau betapa hidup memang diciptakan saling melengkapi? Dan menulis itu.....hal alami yang bikin perspektif kita semakin luas.
Bye, met bobo siang di hari Jumat yang barakah ini